UANG BERGANDA

Sebagai dukun yang tersohor, Mbah Suro sangat ditakuti dan disegani orang di kampungnya. Pasien Mbah Suro bukan hanya dari kampung, tetapi juga dari kota, bahkan ada yang datang dari Jakarta. Tidak hanya miskin, tetapi juga orang kaya yang datang ke rumahnya.
Suatu hari, datang seorang pemuda ke rumah sederhana Mbah Suro. Dari tampangnya, pemuda itu jelas berpendidikan. Dia datang dengan wajah kusut. Setelah mengenalkan dirinya, Sobur , pun mulai berbasa-basi kepada Mbah Suro. Tetapi Mbah Suro langsung mengetahu Maksud kedatangan Sobur , sebagaimana terjadi pada pasien-pasiennya yang lain.
“Ada masalah apa Nak Sobur” Kata Mbah Suro bertanya kepada anak muda itu.
“Lo, kok mbah tahu bahwa saya sedang mempunyai masalah” kaget anak muda itu. Katanya dalam hati, “hebat juga dukun ini, sampai bisa membaca pikiran saya, berarti saya memang datang ke orang yang tepat”.

“Ya tahu, mbah ini kan dukun. Jadi bisa melihat bahwa kamu itu sedang mempunyai masalah yang berat, karena auramu kelihatan gelap. Sekarang, coba ceritakan, apa masalahmu?” kata Mbah Suro sambil merokok bikinan sendiri dengan nikmatnya. Bau menyan terus menyebar di ruangan sehingga menimbulkan kesan tersendiri, terlebih Mbah Sobur memakai baju hitam dan blangkon. Batu-batu akik menghiasi tangannya menambah kesan angker, padahal wajah Mbah Suro pun sudah berhiaskan kumis tebal yang sudah memberi kesan galak.
“Begini, saya ini habis di PHK dari kantor tempat saya bekerja. Jadi, saya ke sini mau minta tolong agar mbah membantu saya biar saya cepat dapat pekerjaan lagi” kata Sobur agak memelas suaranya. Sobur datang ke Mbah Suro untuk minta tolong karena mendengar berita dari salah seorang temannya bahwa ada dukun di karangseneng yang bisa membantunya, meski tidak semua yang datang ke sana berhasil, tetapi itu kan yang penting dicoba dulu, usaha, begitu kata temannya.
“PHK, sebentar, PHK itu apa Nak Sobur, kok Mbah baru kali ini dengar kata itu?” Tanya Mbah Suro. Sebagai orang kampung yang jarang membaca Koran atau atau mendengar siaran radio atau menonton TV, jelas istilah PHK tersebut masih terengar asing di telinga Mbah Suro.
“Anu Mbah, PHK itu sama saja dengan dipecat” Jawab Sobur dengan ragu-ragu pada Mbah Suro.
“Oo, dipecat. Begini Nak Sobur , apa Nak Sobur  mau Mbah kasih jalan pintas agar cepat kaya dan mempunyai uang banyak, sehingga tak perlu repot-repot bekerja, tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah, uang datang sendiri.” kata Mbah Suro  sambil tersenyum, tetapi hanya dia yang tahu apa arti senyuman itu, meski Sobur  mungkin menafsirkannya bahwa Mbah Suro  memang benar-benar mampu menyelesaikannya masalahnya.
“Bagaimana Mbah, caranya? Apa dengan pesugihan? Apa memelihara tuyul? Apa babi ngepet? Apa memelihara jin?” Tanya Sobur dengan antusias. Kehilangan pekerjaan telah membuatnya kehilangan alur berpikir logisnya.
“Tidak, tidak. Ini mudah, karena kamu tidak memelihara semua itu, atau mencarai tumbal yang akan dikorbankan. Cara ini baru saja diwangsitkan ke Mbah beberapa hari lalu, dan karena kamu yang datang pertama setelah wangsit itu, Maka kamu berhak atas cara menjadi kaya seperti yang diwangsitkan kemarin kepada mbah. Caranya adalah dengan menggandakan uang” kata Mbah Suro dengan intonasi suara tinggi yang dapat menyakinkan semua orang yang mendengarnya.
“Maksudnya apa Mbah, menggandakan uang?” Tanya Sobur. 
Sobur memang sudah pernah mendengar tentang uang yang tiba-tiba berganda dengan sendirinya. Sebenarnya dia agak curiga, karena dia sering mendengar bahwa sering terjadi kasus penipuan dengan kedok dukun mampu menggandakan uang, tetapi ternyata gagal, bahkan ada yang kemudian melarikan diri dengan membawa uang dari para pasiennya.
“Maksudnya, kamu menitipkan kepada Mbah Suro uang dalam kotak kayu yang dibungkus klawon. Kemudian kamu puasa muteh setiap hari Selasa  dan Kamis  selama selapan dan setiap malam Selasa  dan Kamis  harus bertapa di kuburan jombor, di utara kampung ini agar awakmu resek tur suci, sehingga sing baurekso Kuburan Jombor kerso nompo penjalukanmu. Setelah selapan, kamu datang lagi ke sini mengambil uangmu. Uangmu akan berlipat enam kali” Kata Mbah Suro menjelaskan cara-caranya.
“Wah, kalo puasa puasa muteh Selasa Kamis, saya bisa Mbah, tapi kalau bertapa, itu berat Mbah” kata Sobur keberatan.
“Begini saja, untuk puasanya, kamu lakukan sendiri, tapi bertapa, biar mbah saja yang menggantikanmu, tapi kamu harus membayar uang mahar pengganti tirakat, 500 ribu” kata Mbah Suro memberi solusi atas keberatan Sobur.
“Baik Mbah, saya setuju. Tapi bagaimana jika saya menyerahkan uang yang akan digandakan itu dua hari lagi, soalnya sekarang saya belum membawa uangnya”
“Bagimana nak Sobur, uangnya sudah dibawa?” Tanya Mbah Suro ketika Sobur datang dua hari kemudian.
Inggih mbah, sampun. Niki Mbah. Kalih yuto” Jawab Sobur sambil menyerahkan kotak kayu yang terbungkus kain putih.
“Kok cuma dua juta. Apa tidak sayang, ini nanti cuma bisa menjadi dua belas juta. Kan semakin banyak uangnya, nanti akan berganda menjadi semakin banyak” kata Mbah Suro.
“Maaf Mbah, saya baru dipecat Mbah, jadinya uangnya hanya segitu. Kalau nanti sudah punya uang kan bisa menggandakannya lagi Mbah” kata Sobur memberi dalih agar alasan sebenarnya kenapa hanya dua juta tidak terbongkar.
“O, ya, ya. Nak Sobur, setelah hari ini Nak Sobur harus puasa muteh setiap hari Kamis dan Selasa karena Mbah akan bertapa pada malam harinya selama selapan. Kalau sudah genap selapan, Nak Sobur boleh ke sini untuk mengambil uang nak Sobur yang sudah berlipat ganda. Nak Sobur sudah siap.” Tanya Mbah Suro agar Sobur lebih yakin lagi.
Sampun Mbah, kulo sampun siap” Jawab Sobur.
35 hari kemudian.
Sebuah berita di Koran dengan judul “sarjana gantung diri setelah berhasil diapusi mbah dukun”.

Belum ada Komentar untuk "UANG BERGANDA"

Posting Komentar

Mohon isi komentar HANYA terkait dengan artikel yang di bahas di halaman ini. Di larang memberikan link aktif (kami akan menghapusnya dan melaporkan sebagai spam jika anda melanggar)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel