Beli Barang Bekas, Siapa Takut?
Membeli barang second alias barang bekas bukanlah sesuatu yang memalukan. Saya sendiri termasuk maniac beli di second hand, baik untuk sendiri maupun di toko dan kantin sekolah yang menjadi tanggung jawab saya. Bagi saya, dengan membeli barang bekas berarti kita sudah termasuk menerapkan konsep re-use, sehingga mengurangi potensi penambahan sampah, termasuk di dalamnya pelestarian alam.
Barang second hand yang sering saya beli adalah furnitur/mebel. Saya punya beberapa toko bursa second yang saya sering datangi. Percaya tidak percaya, kualitas kayu di second hand jauuuuuuuh lebih bagus daripada baru dengan harga yang sama. Bahkan beberapa barang second dijual muarh dengan kualitas tinggi.
Saya beberapa kali kecewa liat barang bagus di toko second hand, ketika mau saya tawra, eh ternyata sudah laku, sudah keduluan orang lain. Membeli barang bekas seperti berpetualang memang.
Ini meja makan yang saya beli 3 minggu lalu. Mejanya seharga 600 ribu dan kursinya 400 ribu untuk 4 kursi. Total yang saya bayar hanya sejuta rupiah. Uniknya lagi, meja ini bisa dilepas dari kakinya sehingga mudah dipindahkan.
Kalau yang dibawah ini sepeda anak saya, seharga 30 ribu rupiah yang saya beli 4 tahun lalu di sebuah garage sale. Kondisinya sangat prima. Sampai saatnya anak saya sudah terlalu besar untuk sepeda tersebut, maka sepeda tersebut saya jual di toko sepeda bekas dan saya tukar tambah dengan sepeda baru untuk adiknya, hanya nombol 175 ribu rupiah saja.
Berubah menjadi ini
Sebenarnya masih ada lagi barang bekas yang lain, seperti sofa di rumah, etalase di toko juga. tapi saya kira sharenya sudah cukup. Jika ada pertanyaan atau diskusi seputar barang bekas, bisa semakin menarik.
Mana ybg lebih baik? Beli barang bekas online atau offline?
BalasHapus2 2 nya bagus dan bisa saling melengkapi. Tapi perlu dipertimbangkan juga jaraknya, karena pengaruh ke ongkir juga
Hapus